Bagaimana proses terbentuknya kaldera? Kaldera merupakan salah satu fenomena perubahan struktur permukaan bumi. Lokasinya merupakan bagian dari gunung berapi lebih tepatnya bagian puncak.
Struktur baru ini merupakan kawah luas yang terbentuk akibat adanya ledakan dahsyat pada saat gunung berapi meletus. Namun tidak bisa disamakan dengan kawah, karena terbentuknya akibat dari proses vulkanik yang menyebabkan gunung runtuh ke bawah.
Sementara kawah sendiri terbentuk akibat erupsi, sehingga batuan dan material vulkanis lainnya keluar dari bagian atas gunung. Agar mudah membedakannya, berikut ini adalah proses terbentuknya serta macam dari kaldera.
Mengenal Proses Terbentuknya Kaldera
Kaldera memiliki bentuk oval atau lingkarann dengan diameter lebih dari 1 kilometer. Bagian tepinya dikelilingi oleh tebing curam, bagian tengahnya terisi air dan menjadi danau. Terdapat 2 proses terbentuknya fenomena kaldera ini, berikut penjelasannya.
1. Akibat Letusan
Proses terbentuknya kaldera pertama adalah karena adanya letusan berasal dari gunung berapi aktif. Magma yang mengandung silica berviskositas tinggi atau kelekatan tinggi mengakibatkan gas-gas terjebak dalam tekanan sangat tinggi.
Gas-gas tersebut selama aktivitas gunung berapi akan semakin bergerak mendekati permukaan bumi. Hal ini mengakibatkan tumpukan material di atasnya meletus. Hasilnya, magma keluar beserta abu vulkanik menyebar ke seluruh permukaan bumi.
Akibat letusan tersebut terbentuklah cekungan yang disebut dengan kaldera. Kaldera ini masih mengandung silika dalam jumlah sangat besar yang berpotensi menciptakan kubah baru. Selanjutnya kubah bisa menyebabkan letusan hingga ribuan kilometer kubik material.
Proses ini dapat berlanjut terus-menerus selama kandungan mineral dalam perut bumi masih tersedia. Pada saat aktivitas vulkanis ini sudah tidak lagi berjalan karena menurunnya volume mineral, gunung berapi menjadi tidak aktif lagi, kubah terisi air hujan, terbentuklah kaldera.
2. Proses Terbentuknya Kaldera Bukan Karena Letusan
Ada juga kaldera yang pembentukannya bukan karena akibat letusan secara cepat. Pembentukannya justru karena adanya sebuah proses penyusutan secara perlahan dan bertahap.
Penyusutan terjadi bermula dari adanya magma yang tidak terlalu pekat (viskositas rendah) bersifat basal dan kandungan silikanya rendah. Karena sifatnya lebih cair, magma ini menyebabkan tinggi permukaan menurun secara perlahan.
Akibat magma mengalir turun secara perlahan maka menyebabkan ruang kosong pada kantong magma. Ruang kosong tersebut merupakan hasil dari proses terbentuknya kaldera. Kantong tersebut disebut juga dengan kaldera susu.
Macam dan Contoh dari Kaldera
Karena adanya perbedaan proses pembentukannya, dipengaruhi juga oleh tipe gunung berapi maka terdapat perbedaan tipe. Berikut ini adalah macam atau tipe yang dapat ditemui di dunia beserta contohnya.
1. Crater-Lake Type Calderas
Pertama adalah tipe kawah-danau. Terbentuk setelah terjadinya fase erupsi plinian atau letusan bersamaan dengan semburan gas serta abu vulkanik. Begitu luar biasa letusan tersebut hingga semburan mencapai lapisan stratosfer.
Pada saat bersamaan, ruang magma menjadi kosong. Seiring berjalannya waktu, kekosongan ini akan terisi air hujan atau salju dan terjadi selama bertahun-tahun. Contoh Creater-Lake Type Calderas adalah Oregon.
Kaldera Oregon merupakan hasil dari runtuhan Gunung Mazama yang meletus kurang lebih 6.850 tahun lalu. Menghasilkan kantong berkedalaman 600 meter, dengan tambahan dinding setinggi 600 meter, jadi totalnya kurang lebih 1.200 meter.
2. Basaltic Shield Volcano Calderas
Berbeda dari tipe pertama, proses terbentuknya kaldera basaltic ini tidak dihasilkan dari peristiwa bencana atau eksplosif. Pembentukannya karena penurunan permukaan bumi yang terjadi bertahap selama bertahun-tahun.
Tipe basaltic ini ukurannya semakin besar dari waktu ke waktu selama proses pembentukan. Diakibatkan adanya runtuhan episodik dari ekstraksi lava ruang magma. Ekstrusi atau keluarnya magma melalui retakan dan menyebabkan letusan ringan.
Adanya letusan ringan di sisi gunung berapi ini menyebabkan keruntuhan lokal pada sepanjang rekahan. Rekahan kemudian menghasilkan sistem kawah linier serta kawah puncak. Contoh tipe ini adalah kaldera Erta Ale dan Kilauea.
3. Resurgent Calderas
Resurgent caldera muncul akibat letusan besar aliran piroklastik yang membentuk struktur vulkanik raksasa. Tipe ini mirip dengan kawah-danau, dihasilkan oleh kerak bumi di atas ruang magma.
Umumnya tipe ketiga ini memiliki diameter 15 sampai 100 kilometer. Selain ukurannya besar, tipe resurgent ini memiliki depresi topografi sehingga terbentuk lantai yang berisi lava riolitik, aliran obsidian. Contohnya Valles di New Mexico dan Long Valley di California.
Di Indonesia sendiri juga memiliki lubang magma yang kemudian terisi oleh air dan sangat terkenal sebagai destinasi wisata. Yaitu Danau Toba, dengan kedalaman 505 meter, berlokasi di Sumatera dan proses terbentuknya kaldera ini berasal dari letusan gunung berapi.