Di tengah gempuran inflasi AS ternyata harga uang kripto masih tenang-tenang saja tanpa adanya indikasi penurunan. Bahkan beberapa token seperti USDT dan USDC justru mengalami penguatan meskipun tidak terlalu signifikan.
Hal ini tentu saja menarik perhatian bagi para pengamat maupun masyarakat awam terkait fenomena tersebut. Ketika keuangan konvensional mengalami masalah mengapa sistem crypto atau digital ini masih bisa aman aman saja.
BTC dan ETH sebagai dua token paling masif ternyata tidak terpengaruh sama sekali oleh adanya inflasi Amerika Serikat. Padahal kita tahu bahwa peredaran dua crypto tersebut di paman sam cukup masif.
Ternyata salah satu alasannya adalah perbedaan fundamental pada metode kalkulasi transaksional. Sehingga antara keuangan konvensional kita dengan sistem blockchain masing-masing berbeda seperti bumi dan langit.
Mari kita bedah lebih dalam lagi mengapa inflasi negara paman sam tidak mampu merobohkan hegemoni mata yang kripto. Apakah ada semacam pengaruh eksternal di belakangnya, mari kita bahas bersama.
Kenapa Inflasi Amerika Serikat Tidak Berdampak Terhadap Harga Uang Kripto?
Jika kamu penasaran mengapa inflasi Amerika Serikat tidak mempengaruhi kondisi cryptocyrrency ternyata ada tiga faktor utama. Suplai, desentralisasi, dan permintaan berikut ini detailnya.
1. Suplai
Salah satu penyebab harga uang kripto tidak terpengaruh sama sekali oleh kondisi ekonomi sebuah negara adalah terbatasnya suplai. Sistem suplai cryptocurrency tidak dikendalikan oleh perbankan konvensional dari negara tertentu.
Sehingga peredarannya tergantung pada blockchain dan juga kebijakan masing-masing koin. Misalnya bitcoin memiliki kebijakan peredaran maksimal sebanyak 21 juta koin sehingga jumlahnya memang terbatas.
Apabila batas tersebut sudah tercapai maka blockchain hanya akan meregulasi peredarannya saja. Artinya nominal mereka sama sekali tidak terpengaruh oleh kondisi geopolitik atau perekonomian sebuah negara tertentu.
2. Desentralisasi
Kemudian harga uang kripto juga menjadi semakin kuat karena adanya sistem desentralisasi antara miner dan user. Artinya tidak ada monopoli dari pihak spesifik sehingga mampu mengubah nilai tukarnya.
Karena desentralisasi tersebut berbagai masalah eksternal seperti inflasi, peperangan, sampai kudeta negara tidak akan berdampak. Inilah alasan mengapa pengaruh eksternal tidak mampu memberikan dampak instan pada cryptocurrency.
3. Permintaan
Salah satu alasan mengapa kondisi perekonomian sebuah negara spesifik tidak memberikan dampak pada harga uang kripto adalah permintaannya. Kamu perlu tahu bahwa cryptocurrency memiliki permintaan global cukup tinggi.
Artinya jika hanya kondisi perekonomian satu negara saja tidak akan memberikan dampak signifikan. Ini jelas lain cerita apabila kita berbicara masalah inflasi dalam skala global, maka dampaknya juga akan terasa.
Ketiga faktor tersebut menjadi alasan mengapa jenis alat tukar ini cukup resilien terhadap guncangan perekonomian. Sifatnya fleksibel sehingga mudah beradaptasi terhadap berbagai kondisi global saat ini.
Dampak Inflasi Amerika Terhadap Kripto Jika Terus Terjadi
Sebenarnya secara langsung adanya inflasi Amerika Serikat sampai kapanpun tidak akan berdampak terhadap cryptocurrency. Masalahnya adalah Amerika Serikat memiliki pengaruh besar dalam perekonomian dunia.
Ketika inflasi terjadi dalam skala global jelas harga uang kripto akan berpengaruh secara signifikan. Demand dari masing-masing negara akan semakin berkurang karena kapabilitas perekonomiannya terganggu.
Oleh sebab itu apabila Amerika tidak dapat mengendalikan inflasinya jelas berbagai sektor akan terdampak. Bukan hanya dari sektor keuangan digital saja namun berbagai aspek kehidupan dapat terganggu.
Hal tersebut memicu tiga negara India, Nigeria, dan Vietnam untuk bergabung mengadopsi global crypto analysis. Dengan melakukan tersebut mereka dapat melakukan desentralisasi nilai tukar dalam setiap aktivitas perekonomiannya.
Karena harga uang kripto cenderung stabil berbagai perdagangan besar menggunakan mata uang tersebut. Inilah salah satu cara untuk melakukan diversifikasi alat tukar yang masih aman kepada sebuah negara.
Di Asia Tenggara sendiri Vietnam sekarang menduduki peringkat pertama negara dengan penggunaan mata uang kripto terbanyak. Hal tersebut dilakukan sebagai langkah mitigasi karena mata uang mereka memang cukup lemah.
Sementara itu Indonesia masih menduduki peringkat keempat dibawah Filipina, dan Myanmar. Ingat bahwa peningkatan penggunaan cryptocurrency dalam skala nasional bukan jawaban bagi setiap negara.
Indonesia tidak mengambil langkah peningkatan penggunaan crypto karena inflasi AS justru memberikan nafas baru. Artinya peredaran rupiah di pasar global bisa semakin tinggi dan memperkuat posisinya.
Dampak global dari inflasi Amerika Serikat memang menuntut beberapa negara melakukan langkah drastis. Namun stabilnya harga uang kripto masih bisa menjadi salah satu penyelamat agar kondisi perekonomian tidak semakin buruk.