Laser-assisted in Situ Keratomileusis atau dikenal dengan LASIK diklaim sebagai solusi permanen untuk penglihatan yang bebas dari alat bantu baca. Ini adalah prosedur operasi menggunakan laser.
Tujuannya adalah memperbaiki kelainan refraksi. Kamu yang punya keluhan mata rabun jauh, rabun dekat maupun silinder bisa bebas dari kaca mata. LASIK bukan teknologi baru karena sudah dikembangkan sejak tahun 1980 dan masuk Indonesia tahun 1997.
Kemajuan teknologi ini sudah sangat signifikan. Awalnya masih menggunakan pisau khusus untuk pembedahan, namun kini sudah digunakan laser atau istilahnya “bladeless”. Kemudian kini digunakan kombinasi wavefront dengan laser excimer.
Manfaat Laser-assisted in Situ Keratomileusis
Manfaat utama dari teknologi LASIK ini adalah membantu memperbaiki kelainan refraksi mata. Diantaranya adalah Miopi atau rabun jauh, populer dengan istilah mata minus. Penderita miopi umumnya menggunakan kacamata minus untuk bisa melihat dengan normal.
Hipermetropia, rabun dekat atau populer juga dengan “plus”. Penderita tidak mampu melihat objek dekat dengan jelas, tapi justru bisa melihat jelas objek yang lokasinya jauh. Alat bantu penderita adalah kaca mata “plus”.
Astigmatisma atau silinder merupakan kelainan berupa pembiasan, mata sulit fokus terhadap cahaya sehingga objek terdistorsi. Kelainan lainnya adalah presbiopi yaitu kondisi kelainan penglihatan karena proses penuaan alami.
Dengan adanya teknologi Laser-assisted in Situ Keratomileusis, refraksi penglihatan dapat diminimalisir. Meski tidak sepenuhnya menyembuhkan sebab penanganan juga dipengaruhi oleh kondisi medis setiap orang.
Minimal mengurangi tingkat keparahan. Misalnya, semula kamu menderita minus sampai 5 kemudian melakukan prosedur LASIK, bisa berkurang hingga hanya minus 2. Dengan kondisi ini penggunaan kaca mata jadi lebih nyaman.
Sebelum menerapkan prosedur ini, terlebih dahulu dilakukan pemeriksaan secara menyeluruh. Dokter akan menentukan apakah nantinya pasien dapat sembuh total atau hanya bisa mengurangi ukuran kacamata saja.
Terutama untuk keluhan penurunan daya penglihatan karena faktor usia. Tidak ada jaminan bahwa prosedur LASIK bisa menyembuhkannya secara total. Selain itu, setelah melakukan operasi Laser-Assisted in Situ Keratomileusis masih terdapat kemungkinan terjadi kelainan serupa.
Sebelum memutuskan untuk melakukan prosedur LASIK ini, setiap pasien akan didampingi oleh dokter terlebih dahulu. Pasien wajib memahami manfaatnya secara mendalam serta konsekuensinya seperti pentingnya tetap merawat kesehatan mata.
Bagaimana Prosedur Laser-Assisted in Situ Keratomileusis Dijalankan
Bagi kamu yang ingin melakukan LASIK guna memperbaiki penglihatan lepas dari kaca mata atau kontak lens, perlu memahami seperti apa prosedurnya. Kurang lebih tahapan yang akan dilalui adalah sebagai berikut ini.
1. Pemeriksaan Komprehensif
Pemeriksaan dilakukan sebagai langkah awal, meliputi pemeriksaan refraksi, pengukuran tekanan intraokular, topografi dan ketebalan kornea, produksi air mata. Dilanjutkan dengan penggunaan mikroskop untuk mendeteksi adanya penyakit.
Pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan secara fisik juga dilakukan untuk menentukan bisa tidaknya dilakukan LASIK. Contoh kasus yang tidak disarankan adalah kornea tipis atau terdapat robekan.
2. Pembentukan Flap
Pertama tahapan yang dilalui oleh pasien adalah pembentukan flap pada kornea menggunakan pisau. Tahap ini dilakukan berdasarkan kondisi masing-masing pasien mengacu dari hasil pemeriksaan.
Perkembangan terkini, sudah tidak lagi digunakan pisau. Kebanyakan rumah sakit sudah menerapkan bladeless. Kini yang digunakan adalah teknologi laser khusus yaitu femtosecond pada tahap pembentukan flap.
3. Pemetaan
Untuk meningkatkan keberhasilan prosedur Laser-assisted in Situ Keratomileusis dilakukan pemetaan menggunakan teknologi wavefront. Hasilnya akurat sesuai kondisi mata masing-masing pasien.
Pada dasarnya pola kornea sama halnya dengan sidik jari, tidak ada yang sama masing-masing orang. Teknologi wavefront menganalisa ketajaman penglihatan dengan mengumpulkan gambaran definisi tinggi dari jalur visual sehingga kebutuhan koreksi lebih akurat.
4. Pengangkatan Flap
Selanjutnya beberapa jaringan dibawah flap yang telah diangkat dihilangkan. Tujuannya adalah mengembalikan bentuk kornea agar berfungsi normal dan bisa fokus terhadap objek tertentu. Setelah flap dibuka, kornea akan diperbaiki menggunakan laser excimer.
Setelah kornea dibetulkan, flap dikembalikan ke posisi ulang. Flap ini nantinya akan melekat dengan sendiri ke lapisan mata. Kedua tahapan ini hanya berlangsung antara 10 sampai 20 menit saja.
Hasilnya, keberhasilan memperbaiki kelainan refraksi relative tinggi sesuai kondisi pasien. Sampai saat ini banyak pasien terbantu dengan kualitas penglihatan lebih baik. Dengan melakukan Laser-assisted in Situ Keratomileusis banyak yang bisa lepas kaca mata maupun kontak lens.