Mengenal pertanian ramah lingkungan penting bagi petani dan para pembudidaya tanaman pada umumnya. Melakukan aktifitas sebagai petani tidak boleh sembarangan karena ada prinsip dan kaidah-kaidahnya.
Salah satunya adalah selalu menghargai lingkungan alam dan tidak merusaknya. Oleh karenanya, setiap aktifitasnya harus disertai tindakan-tindakan yang tidak merusak. Misalnya, tidak membakar lahan pertanian hanya untuk membuka lahannya.
Selain itu, masih ada banyak contoh tindakan nyata yang seharusnya dilakukan oleh para petani Indonesia. Tujuan utamanya untuk mewujudkan pertanian ramah lingkungan yang semakin bertambah kuantitas serta kualitas hasil produksi atau panennya.
Ciri Pertanian Ramah Lingkungan untuk Petani di Indonesia
Untuk mewujudkan bidang pertanian yang maju di sebuah negara harus dimulai dari bawah dan bukan secara instan atau cepat. Selain itu, pertaniannya harus tetap mengikuti kaidah-kaidah ramah lingkungan seperti yang direkomendasikan.
Dengan begitu, kemajuan bidang pertaniannya tidak merusak lingkungan sekitar yang masih sangat dibutuhkan manusia. Jadi, harus ada keseimbangan dalam prosesnya dan hal tersebut tidak mudah mempraktikkannya.
Khususnya di Indonesia memang harus memulainya agar ke depannya bidang pertanian lebih maju, berkembang, dan tidak merusak alam. Anda sekalian yang belum mengetahui ciri-ciri pertanian ramah lingkungan silahkan membaca uraian berikut.
1. Masih Terpelihara Kualitas Sumber Dayanya
Sumber daya disini meliputi unsur fisik, seperti tanah, batuan, dan berbagai material di lahan pertanian. Semua harus tetap terjaga untuk keberlangsungan lebih lama atau masa depan. Petani harus mampu menjaganya dengan cara tidak merusaknya.
Mungkin tidak merusaknya secara langsung, tetapi tidak langsung. Misalnya, penggunaan pupuk anorganik atau pembunuh serangga non alami yang mengandung bahan kimiawi. Sedikit demi sedikit unsur fisiknya bisa berubah hingga rusak.
Bukan hanya kualitas lahan dan tanah pertaniannya yang rusak, tetapi juga unsur biologis beserta mikroba akan mati. Oleh karenanya, penggunaan zat-zat kimiawi harus diminimalisir dan sebisa mungkin menghentikannya.
Jadi, sumber daya tersebut merupakan aset berharga yang bisa diwariskan turun temurun untuk anak cucu Anda di kemudian hari. Jangan sampai rusak apalagi hilang, sehingga tidak bisa dimanfaatkan untuk bertani. Oleh karenanya, generasi yang sekarang inilah bertugas menjaganya agar sumber dayanya masih berkualitas bagus.
2. Menjaga Keanekaragaman Hayati
Ciri pertanian ramah lingkungan berikutnya harus bisa menjaga keanekaragaman hayati. Petani-petani tradisional di Indonesia mungkin belum mengetahui teori keanekaragaman tersebut. Namun hebatnya, mereka sudah mempraktikkannya langsung di lahan pertaniannya masing-masing.
Hal tersebut tidak lepas dari filosofi para petani yang harus menjaga keseimbangan alam meskipun memanfaatkan lahan untuk bercocok tanam. Misalnya, tidak membunuh predator alami, seperti ular, anjing, atau burung hantu.
Hewan-hewan tersebut ternyata bermanfaat melindungi lahan dari serangan tikus yang bisa menyantap habis tanamannya. Selain itu, lebih memilih memakai pupuk organik yang tidak merusak tanaman, tanah, serta lingkungan sekitar. Jadi, jangan meremehkan petani tradisional karena sudah mempraktikkan menjaga keanekaragaman hayati dan keseimbangan alam.
Jadi, keseimbangan alam memang sangat penting dan dibutuhkan oleh manusia secara umum. Jangan hanya ingin memanfaatkan lahan serta sumber daya yang ada saja, tetapi tidak mempedulikan lingkungannya. Hal tersebut pastinya sangat merugikan manusia untuk generasi berikutnya.
3. Tidak Menerapkan Teknologi yang Merusak Lingkungan
Perkembangan teknologi memang sangat dibutuhkan oleh para petani saat bercocok tanam dan membudidayakan jenis tanaman tertentu. Tentu saja teknologinya harus tepat guna serta sesuai dengan jenis tanamannya yang dibudidayakan.
Tujuan pertanian ramah lingkungan sangat jelas, yaitu meningkatkan produksi panen secara kuantitas bertambah dan kualitas produknya juga semakin bagus. Namun demikian, tidak menutup kemungkinan penggunaan teknologi tersebut berdampak buruk bagi lingkungan sekitar.
Mulai dari kekeringan, kematian mikroorganisme, kesuburan tanah berkurang, dan lain sebagainya. Meskipun panennya meningkat drastis, tetapi berdampak pada kerusakan lingkungan. Hal tersebut sama saja merugikan para petani terutama untuk jangka panjang.
Maka dari itu, Anda sebagai petani harus lebih jeli dan teliti saat ingin mengaplikasikan teknologi pertanian di lapangan. Seharusnya teknologinya mendukung pertanian yang ramah lingkungan dan jangan sampai sebaliknya. Tidak ada salahnya bertanya dan berkonsultasi terlebih dulu dengan pihak-pihak yang lebih kompeten di bidang ini.
Bertani, bercocok tanam, dan membudidayakan menjadi aktifitas dengan tujuan akhir memenuhi kebutuhan hidup manusia. Anda jangan sampai merusak alamnya saat melakukan kegiatan tersebut. Namun, harus tetap menjaga agar selalu menjadi pertanian ramah lingkungan.