Kabar Elisabeth Borne mengundurkan diri bukan menjadi hal yang mengejutkan bagi Prancis. Apalagi menyusul terjadinya kekacauan politik tentang imigrasi yang menyimpan negara tersebut. Tentu menimbulkan masalah besar bagi negara.
Tapi sebenarnya pengunduran diri tersebut tidak dianggap sebagai hal yang buruk. Terutama karena membuat Predisen Emmanuel Macron berpeluang membuka pemerintahan baru. Khususnya yang akan menemaninya sampai masa akhir jabatan.
Macron memimpin Prancis sampai 2027 dan tidak lagi bisa mencalonkan diri. Tentu sudah memimpin selama dua jabatan dan tidak dapat mencalonkan diri kembali. Hal ini sesuai dengan hukum Konstitusi Prancis.
Sementara itu berdasarkan surat pengunduran diri, ternyata berisi banyak isyarat. Khususnya berkaitan dengan keputusan yang diinginkan atas permintaan Macron. Tidak lain untuk memilih seorang PM baru.
Faktanya Elisabeth Borne mengundurkan diri tepat saat Macron melakukan perombakan kabinet. Hal ini dimanfaatkan untuk kementerian masa jabatan keduanya. Otomatis diterima dan memberikan apresiasi besar karena jasa besarnya.
Meski begitu belum diketahui dengan pasti sebenarnya siapa yang menjadi penggantinya. Saat pengunduran diri, Kantor Kepresidenan Prancis belum memberi banyak pernyataan. Tentu pembongkaran kabinet membutuhkan banyak waktu.
Elisabeth Borne Mengundurkan Diri Menyusul Kontroversi UU Imigrasi
Keputusan mundur Elisabeth tidak mengejutkan karena terjadi setelah pengesahan Undang Undang Imigrasi. Ternyata membuat berbagai kontroversi cukup buruk. Ditambah Macron ingin menguatkan kemampuan pemerintah mendeportasi.
Keinginan Presiden agar Elisabeth Borne mengundurkan diri sebenarnya tidak salah. Terutama karena Prancis termasuk negara yang banyak dituju oleh orang asing. Macron ingin negaranya membuat langkah tegas dalam proses deportasi.
Pada dasarnya aliansi sentris Macron meloloskan UU tersebut setelah adanya kesepakatan bersama Partai Republik. Hal ini dinilai sebagai pergeseran pemerintah menjadi sayap kanan. Kemudian negosiasi alot muncul di parlemen.
Hasilnya parlemen mempertanyakan kemampuan Elisabeth sebagai Perdana Menteri. Terutama karena meloloskan rancangan UU strategis bagi masa depan. Pengamat politik berpendapat Macron ingin menyiapkan Prancis saat pemilu Uni Eropa.
Elisabeth sendiri diangkat Mei 2022 tepat setelah Macron berhasil menjadi Presiden jabatan kedua. Keputusan pengangkatan dirinya membuat Elisabeth menjadi PM perempuan kedua Prancis sehingga dinilai sangat bersejarah.
Meski begitu penyebab Elisabeth Borne mengundurkan diri mulai bermunculan. Misalnya kubu sentris Macron telah hilang mayoritas di parlemen. Bahkan memaksa parlemen bermanuver sampai memanfaatkan konstitusional khusus.
Hal ini dipakai untuk mengesahkan UU yang telah dirancang oleh Perdana Menteri. Belum lagi tahun lalu Elisabeth mendapatkan protes secara massal. Apalagi dengan kontroversinya terhadap reformasi pensiun yang buruk.
Keputusannya yakni meningkatkan usia pensiun di mana awalnya 62 kemudian menjadi 64 tahun. Bukan hanya itu, harus menghadapi kerusuhan berkepanjangan selama musim panas. Bahkan terdapat penembakan seorang remaja oleh kepolisian.
Calon Pengganti Elisabeth Sebagai PM Prancis Diperkirakan Masih Muda
Keputusan Elisabeth Borne mengundurkan diri tidak membuat Emmanuel Macron kesulitan. Apalagi sebenarnya telah menunggu dan mendukung Elisabeth untuk melakukannya. Kemudian beritanya juga diunggah melalui media sosial X.
Meski begitu Macron menggambarkan Elisabeth sebagai seseorang yang patut diteladani. Bahkan melaksanakan proyek dengan berani dan penuh komitmen. Bukan hanya itu, tapi memiliki tekad negarawan sehingga diberi terima kasih besar.
Berdasarkan pengunduran dirinya, kantor Macron tetap mengatakan jika PM-nya tersebut tetap melanjutkan tugasnya. Terutama sampai pemerintahan baru ditunjuk atau dibentuk. Kemudian meneruskan pada Perdana Menteri yang baru.
Sebenarnya banyak media Prancis telah memberitakan beberapa sosok yang diperkirakan ditunjuk sebagai PM. Tapi sosok Gabriel Attal (34) menjadi kandidat terbesar. Gabriel sendiri merupakan seorang Menteri Pendidikan.
Kabar Elisabeth Borne mengundurkan diri akan menjadi reformasi bagus untuk Prancis. Terutama jika Gabriel benar-benar ditunjuk akan menjadi PM termuda sejarah modern Prancis. Tapi ada juga pesaingnya yakni Sebastien Lecornu.
Tentu masih dalam satu pemerintahan bersama Macron karena menjabat sebagai Menteri Angkatan Bersenjata. Muncul juga nama Julien Denormandie yang merupakan mantan Menteri Pertanian sekaligus pendukung setia Macron.
Namanya cukup wajar muncul karena membantu gerakan politik Macron hingga sekarang. Berdasarkan sistem politik Prancis, pengangkatan Perdana Menteri oleh Presiden. Kemudian memperoleh tanggung jawab terhadap parlemen.
PM harus melaksanakan kebijakan dalam negeri sekaligus mengkoordinasikan tim kementerian. Tapi presiden tetap menjadi pemegang kekuasaan terbesar. Jadi, Elisabeth Borne mengundurkan diri tetap memberi dampak baik bagi Prancis.