Kejadian presenter Inggris rasis terhadap politikus asal Palestina menyebabkan kontroversi besar. Bahkan pengguna internet mulai menyerukan penyelidikan terhadap presenter TV tersebut yang bernama Julia Hartley-Brewer.
Hal ini terjadi setelah mewawancarai seorang anggota parlemen Palestine bernama Mustafa Barghouti. Peristiwa tersebut terjadi pada 3 Januari 2024 di TalkTV. Wawancara tersebut pada dasarnya menggunakan pembicaraan sensitif.
Selama wawancara tersebut berlangsung, sebagian besar ekspresi dan pernyataan Julia begitu penuh amarah. Bahkan terkesan sangat membenci apapun yang Mustafa jawab. Tentu menyebabkan kemarahan besar terutama bagi para penontonnya.
Sebenarnya presenter Inggris rasis karena tidak memberi kesempatan yang baik bagi narasumbernya. Bahkan menganggap Mustafa selalu memberikan jawaban sama. Hal ini wajar mengingat Mustafa tidak diberikan kesempatan berbicara.
Berdasarkan laporan Middle East Eye, Julia selalu memotong pembicaraan dan berteriak. Bahkan terang-terangan tidak ingin Mustafa menyelesaikan pernyataan. Kemudian menganggap Mustafa belum terbiasa dengan wanita berbicara.
Faktanya kontroversi wawancara berkaitan dengan perang Israel-Palestina banyak terjadi. Meski begitu terkadang belum memberi kesempatan yang baik terutama bagi pihak Palestina. Berbanding terbalik jika narasumbernya orang Israel.
Kecaman Publik Terhadap Presenter Inggris Rasis Saat Wawancara
Video wawancara Julia bersama Mustafa tidak perlu waktu lama untuk viral. Terutama karena ditonton hingga jutaan kali melalui media sosial X. Tentu banyak komentar yang menyerang bagaimana perilaku presenter tersebut.
Bahkan akademisi seperti Lina Khatib juga menganggap presenter Inggris rasis. Terutama karena sebagai seorang presenter harusnya bersikap tenang dan bijak. Tapi sebaliknya Julia berteriak dan kemudian bertindak seperti anti profesional.
Seharusnya tidak peduli siapapun narasumbernya harus menghindari berbagai perselisihan. Belum lagi Julia berusaha menambahkan rasisme terhadap orang Palestina. Tapi berusaha menggunakan topeng feminisme yang sangat munafik.
Karena hal inilah perilakunya tersebut pantas untuk diadukan menuju Ofcom. Tidak lain merupakan regulator media penyiaran yang ada di Inggris. Pastinya akan terus mendapatkan perhatian terutama jika belum meminta maaf.
Sementara itu berdasarkan akun X Mustafa Barghouti sendiri juga tidak merasa senang. Kemudian menganggap Julia sebagai seorang jurnalis yang arogan. Level tidak profesionalnya begitu tinggi sehingga emosi terhadap narasumbernya.
Karena perlakuan presenter Inggris rasis ini, Husam Zomlot sebagai duta besar Palestina untuk Inggris memberi pernyataan. Bahkan menggambarkan perilaku ini sebagai contoh luar biasa sekaligus menyedihkan dari jurnalisme Inggris.
Khususnya dalam menggambarkan dan menyikapi masalah yang ada di Palestina. Menanggapi masalah ini beberapa pihak dari Ofcom telah mengambil tindakan tegas. Terutama karena program yang dibawakan Julia memperoleh 50 keluhan.
Batas keluhan sudah cukup untuk memasukkannya dalam buletin keluhan mingguan. Pastinya akan mendapatkan hukuman dan teguran keras terhadap masalah tersebut. Masyarakat dunia juga tidak akan berhenti memberikan pengawasan.
Perlakuan Rasis Sangat Buruk Karena Perang Israel-Palestina Masih Bergejolak
Masalah presenter Inggris rasis terhadap politisi asal Palestina saat wawancara dinilai tidak wajar. Terutama karena terlihat hanya sekedar mengeluarkan amarah. Sifat hipokrit juga menjadi bagian besar dirinya.
Julia Hartley-Brewer sangat tidak profesional dan tidak cocok untuk masa sekarang. Khususnya dengan gejolak perang Israel-Palestina yang masih terus bergema. Pastinya menyebabkan amarah besar pendukung perjuangan Palestina.
Amarah Julia sebenarnya muncul karena Mustafa tidak terjebak dalam setiap pernyataannya. Walaupun tersudut tapi Mustafa tetap bisa tenang. Berbeda dengan Julia yang emosi karena tidak bisa memperoleh jawaban yang diinginkan.
Menurut Mustafa, wawancara yang telah dilakukan tersebut benar-benar tidak sesuai. Bahkan isinya hanya menyesatkan publik dengan pertanyaan yang buruk. Setelah amarah Julia, Mustafa hanya menjawab singkat setiap pertanyaan lain.
Selain itu karena presenter Inggris rasis, akhir wawancara juga tidak sesuai isi pembicaraan. Melainkan benar-benar kurang menyenangkan dan hanya ingin menang sendiri. Kemudian membawa isu feminisme yang menyerang bagi Mustafa.
Bahkan menganggap Mustafa tidak menganggapnya kompeten karena wanita. Tapi hal ini salah karena Mustafa tidak peduli dengan gender jurnalis. Jadi, isu feminisme menjadi langkah buruk bagi presenter tersebut.
Mustafa Barghouti sendiri sebagai sumber wawancara merupakan seorang politikus yang dihormati. Apalagi memiliki gelar dokter dan berhasil menjadi pemimpin partai politik inisiatif nasional Palestina serta berjuang untuk merdeka.
Israel masih terus melakukan invasi tanpa henti sehingga menimbulkan genosida besar-besaran. Terlebih dengan tewasnya 23 ribu lebih warga Palestina. Wajar jika presenter Inggris rasis terhadap orang Palestina mendapatkan kecaman.