Mengenal Tipe Erupsi Gunung Berapi dan Proses Terjadinya

Sering kali terjadi erupsi gunung berapi di Indonesia maupun belahan bumi lainnya. Ini merupakan aktivitas alami dari gunung berapi yang masih aktif. Erupsi sendiri secara umum dikenal dengan gunung meletus.

Diidentikkan dengan bunyi letusan dan lelehan lahar panas atau magma. Peristiwa fenomenal ini sering dibahas dalam berbagai publikasi, namun apakah kamu tahu seperti apa proses terjadinya?

Mengapa ada yang masih aktif meletus, tapi banyak juga yang tidak. Ada yang letusannya eksplosif seperti Gunung Kelud, Jawa Timur. Namun ada juga yang hanya mengeluarkan awan panas seperti Gunung Merapi, berikut penjelasannya.

Beberapa Tipe Erupsi Gunung Berapi

Erupsi merupakan proses pengeluaran material dari dalam perut bumi. Material yang dimaksud adalah berupa batu, lava, gas, abu, dan lain sebagainya. Jumlah yang dikeluarkan tidak tentu tergantung kualitas dari aktivitas gunung itu sendiri.

Sama-sama mengeluarkan material dari dalam perut bumi, namun ada yang disertai dengan letusan, tapi beberapa tidak demikian. Perbedaan ini sesuai dengan klasifikasi berdasarkan tipe gunung berapi itu sendiri.

1. Icelandic

Pada erupsi gunung berapi jenis icelandic, letusannya mengalirkan lava dari rekahan pada permukaan bumi. Tipe lava basaltic, memiliki kekentalan rendah sehingga kecepatannya lebih tinggi dibanding lava kental.

2. Hawaiian

Sama dengan icelandic, mengeluarkan lava basaltic, bersifat tenang dan dikeluarkan dari sebuah lubang sentral yaitu volcanic vent.

3. Strombolian

Tipe strombolian memiliki letusan skala kecil yang tidak menyebabkan kerusakan namun intensitasnya sering.

4. Vulcanian/Vesuvian

Letusannya kecil namun daya hancurnya lebih tinggi, skala lebih besar, frekuensi lebih jarang dibanding strombolian. Erupsi gunung berapi ini terjadi setelah masa dorman, kemudian kembali aktif.

5. Krakatoan

Letusannya besar dapat menghancurkan dapat menghancurkan bagian puncak atau kerucut kemudian membentuk kaldera.

6. Pelean

Karakteristik letusannya besar disertai aliran piroklastik dan Nuee Ardente atau wedhus pasca erupsi.

7. Plinian

Pada tipe ini banyak lava dan material piroklastik dilontarkan pada saat terjadi erupsi gunung berapi.

8. Hidro-Magmatik

Hidromagmatik terjadi jika ada interaksi lava dengan air dalam beberapa lingkungan seperti Gunung bawah laut. Di mana tekanan air menurunkan tingkat eksplosivitas kemudian membentuk pillow lava.

Proses Terjadinya Erupsi Gunung Berapi

Dari berbagai tipe erupsi di atas, perlu juga dipahami seperti apa proses terjadinya. Pada tahap awal, didahului dengan adanya tekanan gas sangat tinggi dari dalam perut bumi. Tekanan ini terjadi konsisten dan terus-menerus.

Tekanan gas ini akan mendorong magma dari bawah menuju ke atas untuk keluar. Tekanan demi tekanan menyebabkan magma perlahan naik ke atas puncak gunung. Pergerakan magma ini terjadi karena memiliki massa jenis lebih ringan dibandingkan batuan padat di dalam perut bumi.

Selama perjalanan menuju atas, suhu magma yang mencapai 1200 derajat celcius mampu melelehkan batuan sekitarnya. Pada akhirnya menyebabkan penumpukan magma. Hal ini menyebabkan tekanan dari dalam semakin meningkat.

Lapisan batuan padat (litosfer) sulit ditembus. Namun tekanan pada magma tidak menurun, justru semakin kuat. Energi yang tersimpan semakin besar, secara perlahan menyebabkan lapisan batuan retak.

Magma akan keluar meleleh melalui retakan tersebut, dan lama-kelamaan melelehkan saluran retakan. Hal ini akhirnya membentuk saluran batu atau disebut dengan pipa kepundan. Selanjutnya saat lapisan batuan tidak mampu menahan tekanan dari dalam maka terjadi ledakan.

Ledakan tersebut disertai dengan semburan kuat. Bukan saja suara menggelegar yang keluar, tetapi juga semua material yang semula tertahan. Di antaranya gas vulkanik, terdiri dari karbon monoksida, karbondioksida, sulfur, hydrogen sulfide dan nitrogen.

Material yang Dikeluarkan Saat Erupsi Gunung Berapi

Material yang keluar saat erupsi adalah lava encer dan kental. Lava encer mengalir mengikuti aliran sungai, sementara lava kental akan segera membeku saat keluar dan nantinya membentuk batuan. Kemudian juga mengeluarkan lahar yaitu campuran antara pasir, batu serta kerikil.

Abu vulkanik keluar saat letusan, menyembur ke udara yang dapat mengganggu kesehatan dan aktivitas manusia maupun hewan. Material selanjutnya adalah awan panas. Salah satu yang fenomenal adalah awan wedhus gembel dari Gunung Merapi yang panasnya mencapai lebih dari 3000 derajat kelvin.

Proses sederhana dan terjadi dalam periode lama di dalam perut bumi ini bisa menyebabkan bencana sekaligus manfaat. Sebab material vulkanik dari erupsi gunung berapi mengandung mineral yang baik untuk menyuburkan tanah.