Cara Memilih Guru Agama atau Ulama dalam Menuntut Ilmu Islam

Umat muslim harus selektif bagaimana cara memilih guru agama di tengah banyaknya ustadz atau ulama yang belum cakap dalam ilmu agama. Bahkan beberapa ajaran atau ilmu yang mereka sampaikan kurang tepat.

Hal itu dapat menimbulkan kesalahpahaman di antara umat muslim yang ingin mempelajari ilmu agama lebih dalam. Apalagi kapasitasnya kurang kredibel namun terlanjur dikelilingi para pengikut fanatik.

Maka memilih guru agama sebagai panutan tidak bisa sembarangan, khususnya berkaitan dengan firman yang diwahyukan oleh Allah SWT. Perkembangan media sosial juga ikut menjadi faktor pertimbangan memilih guru agama yang tepat.

Mengapa Harus Selektif Memilih Guru Agama?

Cara memilih guru agama yang salah akan berdampak pada kehidupan dunia dan akhirat penganutnya. Bahkan anjuran memilih ulama sudah diajarkan oleh para ulama terdahulu melalui AL Qur’an serta sunnah nabi.

Imam Malik Rahimahullah menyampaikan bahwa ilmu agama tidak boleh diambil dari orang dengan ciri-ciri:

  1. Orang yang nyata kebodohannya.
  2. Mengajak orang lain mengikuti hawa nafsunya (ahlul bid’ah)
  3. Tidak pernah berdusta atas nama Rasulullah namun dusta dalam pembicaraannya dengan manusia.
  4. Orang yang mulia dan shalih namun tidak mengetahui hadits apa yang disampaikannya.

Cara memilih guru agama sendiri sudah disampaikan melalui beberapa dalil. Allah SWT menghendaki umat-Nya agar tidak duduk beserta mereka yang menghina, merendahkan, mengingkari ayat-ayat Al Qur’an.

Mendekati akhir zaman bermunculan guru-guru agama menyampaikan ajaran sesat kemudian dibungkus dalam agama Islam. Orang-orang munafik tersebut menggunakan ayat-ayat Al Qur’an untuk memutarbalikkan ajaran benar.

Hindari guru agama yang gemar menghadiri majelis debat bersama orang kafir atau munafik, menghadiri majelis ahlul bid’ah. Penginaan tersebut diwujudkan melalui penggunaan ayat Al Qur’an untuk membela kebid’ahannya.

Cara memilih guru agama harus dengan menghindari seseorang pandai ilmu agama tetapi lancang membicarakannya. Misalnya terkait halal haram, darah kaum Muslimin, dan lain-lain seakan-akan seorang ahli agama.

Perkara-perkara tersebut akan tepat penyampaiannya apabila disampaikan oleh seseorang yang memang cakap ilmu agama. Tetapi jika tidak paham Al Qur’an, Sunnah, Bahasa Arab, kaidah-kaidah Ushuliyyah, maka sama saja menyesatkan.

Cara Memilih Guru Agama atau Ulama yang Benar

Melalui guru agama yang benar, maka bisa mendapatkan warisan amal shalih sekaligus sebagai jalan menuju Surga-Nya. Lalu bagaimana memilih guru agama sesuai dengan ajaran Al Qur’an? Berikut penjelasannya.

1. Memiliki Ilmu, Wawasan, Pengetahuan Luas

Guru berilmu tentunya harus cakap serta paham tentang bidang tertentu agar tidak salah kaprah dalam menyampaikan ajaran-Nya. Misalnya Anda ingin belajar hadits, tafsir, fikih, maka carilah ulama kompeten pada bidang tersebut.

Akidahnya benar sesuai akidah Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam beserta para sahabatnya. Sifatnya juga bukan ruwaibidhah atau jahil. Cara sholatnya benar sesuai sunnah Rasulullah.

2. Mengamalkan Ucapannya

Cara memilih guru agama yaitu pastikan orang tersebut mengamalkan ucapannya. Ini menandakan bahwa akhlaknya baik dan kebenaran ajaran tersebut juga ia terapkan dalam kehidupannya sehari-hari.

Mengamalkan ucapan menandakan ahli agama tersebut telah mempelajarinya betul-betul. Jika perilakunya tidak sesuai dengan ucapannya, artinya umat Muslim tidak pantas mengambil ilmu darinya.

3. Orang Paling Wara’

Artinya guru agama tersebut mampu menghindari perbuatan haram atau keburukan. Wara menjadi faktor penting mengingat banyak orang berilmu tinggi tapi masih korupsi, suap, menindas rakyat kecil.

4. Pernah Ditempa Gurunya Terdahulu

Cara memilih guru agama dengan memastikan pernah ditempa oleh pakar dalam bidang yang didalami. Ini menunjukkan pribadinya telah sempurna dalam mengambil ilmu dari guru-guru sebelumnya.

Pastikan juga apakah seseorang tersebut memang telah lama mulazamah atau hidup bersama para gurunya tersebut. Apabila iya, maka orang tersebut pantas menjadi panutan sebagai guru agama.

5. Usia Lebih Tua

Apabila memilih ulama yang usianya lebih tua, otomatis Anda akan menjadi lebih hormat kepadanya. Hal ini sejalan dengan perintah Rasulullah agar menghormati orang-orang lebih tua.

Meski begitu tidak ada salahnya belajar kepada yang lebih muda atau sebaya jika ilmunya sudah cukup. Tetapi terkadang tanpa disadari ini membuat pelajarnya kurang memberi hormat.

Belajar mendalami ilmu agama Islam harus satu per satu sampai benar-benar paham dan tuntas. Pilihlah tokoh kredibel dan bisa mempertanggungjawabkan ilmunya dengan menerapkan cara memilih guru agama seperti penjelasan di atas.